Ads

Senin, 16 Maret 2015

Rupiah 14,000/USD, Masih Tenangkah Pak Jokowi?

Unknown     19.53    
Rupiah 14,000/USD, Masih Tenangkah Pak Jokowi?
Ilustrasi

Oleh: Alan Budiman


Rupiah saat tulisan ini dibuat sedang berada di angka 13,250 per dollar. Dari analisa tekhnikal maupun fundamental dua mata uang (rupiah dan dollar) ada kemungkinan rupiah akan semakin terpuruk ke angka 14,000 dalam 3 atau 4 bulan lagi.

Dalam kondisi seperti ini ada banyak orang yang sudah menuliskan usulan-usulannya. Sebuah solusi yang nampak logis untuk segera dieksekusi oleh pemerintah. Mewajibkan eksportir merupiahkan dollar yang didapat dalam batas tertentu, mengutamakan investor lokal, membatasi tabungan dollar, jangan belanja atau jalan-jalan ke luar negeri, bahkan sampai ada yang ‘mempermasalahkan’ beasiswa luar negeri.

Dari semua solusi ini, mungkinkah pemerintah dalam hal ini presiden mengeluarkan kebijakan seperti itu? Jawabannya tidak realistis dan malah hanya akan menjadi angin lalu.

Rupiah melemah ini seperti kita sedang sakit perut, tapi yang dipijat adalah paha dan jari kaki. Seperti saat kita demam panas tapi yang disuntik bukanlah kepala. Persis seperti saat kita menyentuh najis, namun yang dibersihkan bukan hanya bagian yang menyentuh, namun semua bagian tubuh yang wajib dibersihkan untuk sahnya wudlu.

Saat rupiah melemah, masalahnya bukan mata uang itu sendiri, melainkan kondisi ekonomi Indonesia. Usulan-usulan logis di atas mungkin memang memiliki pengaruh terhadap rupiah, namun sangat kecil dan kemungkinan terlaksananya juga kurang realistis. Rumit sekali jika pemerintah mewajibkan eksportir merupiahkan dollarnya, bukannya tidak mau mengutamakan investor lokal tapi adakah investor dengan nominal besar? Justru investor asing lah yang bisa menguatkan rupiah bukan sebaliknya. Membatasi tabungan dollar? Bukankah investasi asing dan tabungan dollar juga bisa disebut devisa? Bukankah tabungan valuta asing juga disebut bank devisa?

Sementara soal jalan-jalan dan beasiswa luar negeri? Tidak salah. Namun nominal transaksi dan efeknya terhadap penguatan rupiah sangat amat kecil. Lantas masih relevankah pemerintah melakukan itu semua? Saya rasa ada yang jauh lebih penting dan skala lebih besar yang bisa dilakukan.

Berikut ini paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah seperti penyama rataan pajak perusahaan asing dan lokal, mengurangi pajak penghasilan bagi perusahaan yang berorientasi ekspor minimal 30%, pembebasan pajak nilai bagi industri galangan kapal, meningkatkan porsi penggunan biodesel sollar agar tidak boros BBM, pendirian reasuransi BUMN serta memperlancar remitansi dan mengurangi pajak bagi investor yang mau re-investasi di Indonesia.

Selain paket kebijakan ekonomi tadi, pemerintah juga bersiap untuk melakukan pembangunan ifrastruktur yang mendukung kemajuan ekonomi. Dalam presentasi Presiden Jokowi pada Indonesia outlook 2015 Januari lalu, beliau sudah memaparkan target yang harus dicapai oleh masing-masing menteri. “Kalau tidak mampu, masih banyak yang siap jadi menteri” begitu kelakar Presiden Jokowi.

Di Sumatera akan dibangun jalan tol dengan lebar 100 meter, transmisi listrik di kanan dan rel kereta di kiri agar memudahkan pembebasan lahan. Juga ada target 35 ribu megawatt. Pembangunan 59 waduk di seluruh provinsi yang diharap dalam 2 tahun ke depan mampu menghasilkan minimal 10 ribu ton beras. 30 bandara baru akan dibanguh dan diperbaiki, namun kemudian baru-baru ini direvisi bahwa akan ada 100 bandara baru dimana 49 diantaranya adalah bandara di daerah terluar Indonesia dan rawan bencana. Percepatan pembangunan termasuk kereta di Papua. Target wisatawan juga ditingkatkan yang seharusnya 2 kali lipat dari Thailand (28 juta).

Semua rencana tersebut sekilas nampak ‘bercanda’. Namun melihat progress dan tahapan yang sudah dilakukan, sepertinya memang akan terlaksana tahun ini. Target swasembada bukan mimpi atau orasi kampanye, meski memang cukup gila jika sekelas Presiden masih memikirkan pembangunan waduk.

Lalu apakah dengan begitu rupiah otomatis akan membaik? Pasti. Lantas bagaimana dengan pernyataan bahwa melemahnya rupiah adalah dampak ekonomi global dan menguatnya ekonomi AS? Ya benar juga.

Pair mata uang antara dollar/rupiah pasti melibatkan kondisi ekonomi dua negara yakni Amerika dan Indonesia. Jadi bukan menyalah-nyalahkan Amerika atau mencari-cari alasan, kenyataannya memang seperti itu. Sekalipun ekonomi Indonesia stabil dan lebih baik dari sebelumnya tetap akan membuat rupiah terpuruk tehadap dollar jika Amerika ekonominya membaik. Tapi rupiah akan tetap stabil terhadap mata uang negara lainnya.

Menguji Kesaktian Rupiah

Dalam kondisi terpuruk seperti sekarang, biasanya akan diikuti dengan naiknya harga beras, tahu tempe, daging dan barang-barang yang selama ini diimpor dari luar. Namun yang paling penting dan harus dinaikkan dalam kondisi seperti sekarang tentulah BBM, karena pemerintah era Jokowi sudah menyatakan tidak akan mensubsidi BBM. Menjadi menarik ketika pertamina juga sepakat akan mengevaluasi harga BBM setiap dua minggu sekali mengikuti pergerakan harga minyak dunia dan dollar. Jika saat ini rupiah sudah melambung di atas 13,200 bukankah aneh jika BBM tidak naik? Cukup aneh, tapi ini menunjukkan bahwa pergerakan rupiah merupakan kewajaran yang membuat Presiden masih bisa berkomentar “BI tenang-tenang saja ya saya juga tenang-tenang saja lah.”

Lalu bagaimana dengan LPG? tiket kereta ekonomi? Beras? Untuk LPG dan tiket kereta, dengan atau tanpa perlemahan rupiah juga sudah biasa naik. Untuk beras memang sedikit unik, karena pemerintah dengan arogannya menstop impor beras namun di lapangan terjadi kelangkaan. Masyarakat seolah diajak untuk berdemo agar beras melimpah, sekalipun dengan cara membuka kran impor. Tapi pemerintah bergeming, Jokowi dan JK memerankan sknario berbeda yang membuat kita semua kebingungan. Namun melihat sampai saat ini belum ada perubahan soal impor beras, rasanya lakonan Jokowi JK yang beda arah tersebut bisa dibilang manjur membuat pengusaha beras ikut bingung.

Jadi sekarang kita perhatikan saja apakah BBM akan kembali naik? Jika tidak, berarti rupiah versi Jokowi cukup sakti karena mampu mematahkan ketakutan terhadap melemahnya rupiah.

Ekonomi Amerika

Dalam beberapa rilis kalender ekonomi Amerika memang menunjukkan penguatan yang fantastis. Salah satunya NFP (Non Farm Payrolls) bulan ini yang menunjukkan positif dan bahkan melampaui ekspektasi membuat Dollar bulan ini tanpa ampun membantai semua pair yang tersedia di pasar. Bahkan sekalipun rilis NFP negatif, saya yakin perlemahan terhadap dollar hanya berlangsung sehari dua hari, karena semua analisa mengarah pada penguatan. Belum lagi data berkurangnya pengangguran, Product Price Index, Consumer Confidence Index dan banyak lagi menunjukkan angka positif.

Sekali lagi bukan mencari-cari alasan, kenyataanya memang seperti itu. Tapi kalau tulisan ini masih disebut pembelaan atau mencari-cari alasan, ya terserah lah. Saya hanya coba memberi sedikit pandangan sederhana tentang rupiah dan dollar, bahwa yang logis belum tentu berdampak dan yang nampak tidak berdampak sebenarnya sangat logis dan vital jika dieksekusi.

Bukan saya tidak menghargai artikel-artikel sebelum ini, saya sudah katakan bahwa semuanya benar namun ada hal yang jauh lebih besar yang harus dilakukan oleh pemerintah, and they did! Kita sebagai warga negara Indonesia, persis seperti kata Presiden “tenang-tenang saja lah.” BI dan pemerintah juga pasti memikirkan hal ini, bukankah mereka memang digaji untuk itu? Ya meskipun kita boleh atau sah saja mengomentari, mengusulkan, memprotes dan sebagainya silahkan. Tapi jika itu dampaknya lebih negatif mengapa kita tak coba ‘menenangkan’ masyarakat agar setidaknya mereka nyenyak saat tidur. Kalaupun tidak mampu mengurangi beban hidup masyarakat, ya tolong jangan diganggu dengan isu negatifnyang mengganggu mimpi indah mereka.

Idealnya memang kita maunya seperti China yang justru melakukan devaluasi (perlemahan) terhadap mata uangnya untuk melawan dollar. China yang sudah tak tergantung impor itu bisa tidur lebih nyenyak justru ketika mata uangnya melemah, karena dengan begitu nila ekspor mereka otomatis naik. Saya pernah menuliskannya di sini, http://metro.kompasiana.com/2015/02/25/rupiah-dan-mimpi-indonesiaku-708851.html

Untuk menyamai China, perjalanan masih sangat panjang. Tapi bagaimanapun harus dimulai dengan langkah pertama. Ya seperti Indonesia outlook 2015 yang sudah dipresentasikan oleh Presiden. Kita lihat saja mana sajakah target yang tidak tercapai? Dan bagaimana reaksi Presiden terhadap menteri-menterinya yang disuruh kerja kerja kerja.

Saya akan tetap melihat pergerakan dan kebijakan pemerintah. Entah mengapa saya lebih melihat keseriusan pemerintahan yang sekarang. Mungkin karena media saat ini sudah sedemikian deras dan transparan, atau mungkin juga karena saya pemilih Jokowi pada pilpres lalu. Tapi terserah apapun penilaiannya, setahun lagi rasanya saya akan mengevaluasi tulisan ini. Benar tidaknya pandangan saya terhadap pemerintah, rupiah dan ekonomi Indonesia.

Sebagai penutup, saya memprediksi bank sentral atau The Fed akan menurunkan suku bunganya dan Amerika melakukan perlemahan terhadap mata uangnya sendiri, atau skenario lainnya mata uang negara lain akan menguat terhadap dollar pasca pengumuman suku bunga The Fed yang recananya akan diumumkan pertengahan tahun ini. Karena bagaimanapun penguatan dollar memang sudah berlebihan dan memecahkan banyak rekor terhadap mayoritas mata uang. Percaya atau tidak, Amerika pun tidak mau mata uangnya terus-terusan menguat. Karena di balik penguatan tetap ada konsekuensinya.

Tapi untuk prediksi dan paragraf terakhir ini anda boleh tidak percaya, namanya juga prediksi. Mungkin nanti ketika analisa tekhnikal dan fundamental mengarah pada tren perlemahan akan saya bahas lagi.

Tenang-tenang saja lah, sambil kita lihat apakah Pak Jokowi masih bilang tenang jika sudah 14,000 perdollar? Kalau iya dan inflasi terkendali, berarti rupiah memang mulai sakti.[] 
(Kompasiana.com)


Berduaan di Mobil, Pria Beristri dan Janda Digiring WH

Unknown     13.54    

PERSePSIPOST, LANGSA-Sepasang anak insan non muhrim diangkut petugas Wilayatul Hisbah (WH) dan tim anti maksiat ke kantor dinas. Pasangan ini dijaring oleh petugas di kawasan jalan A. Yani, Langsa Kota Minggu (15/3) dini hari, pada saat kepergok berduaan di dalam mobil.  

Informasi yang dihimpun dari petugas WH, pasangan non muhrim tersebut yakni Ded (37) warga Kuala Simpang Aceh Tamiang sudah memiliki istri, dan Mul (27) warga Gp. Jawa Kecamatan Langsa Kota, status janda satu orang anak.

Kepala Dinas Syariat Islam Langsa, H. Ibrahim Latif kepada Rakyat Aceh (Grup JPNN) menerangkan, penangkapan pasangan non muhrim diduga mesum dalam mobil bermula saat petugas WH bersama tim anti maksiat patroli rutin penegakan syariat di kawasan perkotaan Langsa. 

"Saat patroli tim melintasi Jalan A. Yani, persisnya di depan RSUD Langsa. Tim melihat satu unit mobil taft parkir di pinggir jalan dengan kondisi mencurigakan. Selanjutnya tim melakukan pengecekan dan pemeriksaan, ternyata benar dalam mobil itu ditemukan sepasang laki dan perempuan non muhrim sedang berduaan," sebut Ibrahim.

Pasangan yang melanggar qanun nomor 14 tahun 2004 itu langsung diamankan ke kantor dinas bersama barang bukti mobil. Selain itu, pasangan dimaksud juga diberikan pembinaan dan peringatan supaya tidak mengulagi perbuatannya.[] (Jpnn.com)


Ribuan Labu Misterius Masih Terus Terdampar di Pantai-pantai Nusa Utara

Unknown     11.20    
Puluhan ribu labu yang masih misterius ditemukan warga terdampar di pantai-pantai Nusa Utara, Sulawesi Utara.

PERSePSIPOST, MANADO - Hingga Senin (16/3/2015) pagi, puluhan ribu labu misterius masih terus terdampar di pantai-pantai Nusa Utara, Sulawesi Utara. Labu yang hingga saat ini belum diketahui asalnya, mulanya terdampar di Pantai Tabukan Selatan, Kabupaten Kepulauan Sangihe, pekan lalu. 

"Tapi sampai saat ini labu-labu itu masih saja terdampar. Sedikitnya di tiga desa di bagian Timur Karakelang," ujar Richter, warga Kabupaten Talaud, Senin (16/3/2015). 

Kejadian yang sama walau hanya dalam jumlah yang sedikit juga dilaporkan terdampar di Pantai Kalahiang, Siau Timur Selatan, Kabupaten Sitaro.



"Ada puluhan labu yang terdampar di pantai itu," ujar Buyung, warga Sitaro.

Belum ada penjelasan secara resmi bagaimana labu-labu itu bisa terbawa arus dan terdampar di beberapa pantai di Nusa Utara itu. 

Nusa Utara merupakan wilayah di bagian Utara provinsi Sulawesi Utara dan berbatasan langsung dengan negara Filipina. Di Tabukan Selatan, lokasi awal labu ini ditemukan sedikitnya ada 21.000 labu yang ditemukan warga.

Di atas labu-labu yang masih terlihat segar itu tertempel sticker yang bertuliskan "New Zealand". Beberapa spekulasi merebak bahwa labu-labu itu hanyut terbawa arus dan terdampar disebabkan  adanya kapal yang tenggelam.

"Atau boleh jadi ada kapal yang mengangkut labu itu, dan dihantam ombak lalu sengaja membuang muatannya untuk menyelamatkan diri," kata Richter.

Perairan Nusa Utara, terutama yang di perairan sekitar Sangihe dan Talaud merupakan kawasan perairan yang sering dilintasi berbagai kapal dari dan menuju ke Filipina. Selain itu, perairan ini juga sering dijadikan sebagai rute penyelundupan barang-barang dari Filipina ke Sangihe. 

Hingga kini belum ada pihak yang bisa dimintai penjelasan dan konfirmasi terhadap kejadian terdamparnya labu-labu misterius itu. Demikian pula belum ada laporan mengenai adanya kapal yang tenggelam.  

Pemerintah setempat hanya menghimbau kepada warga untuk berhati-hati dan tidak sembarang mengonsumsi labu itu. Walau demikian, dari informasi yang dihimpun, beberapa warga sudah mengonsumsinya dan menjualnya di pasar.[] (kompas.com). 

Redaksi menerima tulisan dari mahasiswa dan masyarakat umum bisa berupa opini, cerpen, puisi dan lain-lain. tulisan bisa di kirim ke email perspsycho@gmail.com disertai dengan identitas penulis.
© 2014-2015 PERSePSI POST.Designed by Bloggertheme9. Powered By Blogger