Ilustrasi |
PERSePSIPOST, Jakarta -- Hutang luar negeri Indonesia terus bertumpuk. Data
terbaru dari Bank Indonesia yang baru dirilis beberapa hari ini mencatat posisi
hutang luar negeri per kuartal keempat tahun 2014 mencapai US$ 293,7 miliar
atau setara Rp 3,759 triliun (dihitung dengan kurs Rp 12.800 per dolar).
Jumlah hutang ini naik lebih US$ 26 miliar
dibandingkan dengan tahun 2013. Secara rasio, jumlah tersebut turun 0,4 persen
dibandingkan akhir triwulan ketiga 2014 sebesar US$ 293,7 miliar.
Hutang luar negeri sektor swasta menyumbang porsi terbesar
dengan total US$ 162,8 miliar (55,7 persen). Sedangkan sektor publik senilai
US$ 129,7 miliar (44,3 persen).
Sektor keuangan, sektor industri pengolahan, sektor
pertambangan, dan sektor listrik, gas, dan air bersih menjadi penyumbang hutang
terbesar swasta.
Keempat sektor tersebut masing-masing menyumbang US$ 47,5 miliar
(29,2 persen), US$ 32,6 miliar (20 persen), US$ 26,5 miliar (16,3 persen), dan
US$ 18,5 miliar (11,4 persen). Secara umum, dari total keseluruhan hutang itu
atau sebanyak 83,7 persennya merupakan hutang dengan jangka panjang.
Menurut Bank Indonesia(BI), jumlah hutang
itu dapat dikatakan cukup sehat. Tapi, bukan berarti BI terbuai dan acuh
terhadap resiko terhadap perekonomian yang mengintai.
Bank sentral Indonesia tersebut menyatakan akan terus mengawasi
utang luar negeri agar dapat memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan
dengan menekan risiko yang bisa menyebabkan guncangan makro ekonomi.
(Tempo)
0 komentar :